Beberapa game dianggap game paling kontroversial di tengah berkembang pesatnya Industri video game global saat ini, dari game mobile casual hingga game konsol dan PC dengan cerita kompleks.
Beberapa game tersebut menghadapi pelarangan resmi karena mengandung konten kekerasan ekstrem, pornografi, pelecehan, atau dianggap menghina agama dan budaya tertentu.
Di Indonesia, pemerintah memiliki regulasi yang ketat mengenai konten digital, terutama yang bisa mempengaruhi moral atau psikologi anak-anak dan remaja.
Artikel ini akan membahas 7 game paling kontroversial yang dilarang di Indonesia maupun di berbagai negara di dunia, lengkap dengan alasan pelarangannya dan kontroversi yang muncul.
1. RapeLay – Kontroversi Pornografi & Kekerasan Seksual
RapeLay adalah game dewasa dari Jepang yang dirilis pada tahun 2006. Gameplay-nya memungkinkan pemain untuk melakukan kekerasan seksual terhadap figur wanita dan anak-anak, termasuk stalking dan pelecehan. Game ini langsung menimbulkan kontroversi global karena kontennya yang dianggap ekstrem dan tidak manusiawi.
Beberapa negara langsung melarang distribusi RapeLay, termasuk Indonesia, Argentina, Selandia Baru, dan negara-negara Eropa tertentu.
Larangan ini dilakukan karena game ini bisa memengaruhi psikologi pemain, terutama terkait pandangan terhadap kekerasan seksual.
Di Indonesia, game ini dilarang agar tidak merusak norma moral dan menghindari risiko penyebaran konten pornografi yang mengandung pelecehan anak.
RapeLay menjadi contoh paling ekstrem bagaimana video game bisa berdampak sosial dan hukum jika menampilkan kekerasan seksual tanpa batas.
2. Fight of Gods – Kontroversi Sensitivitas Agama
Fight of Gods adalah game fighting yang menampilkan tokoh-tokoh agama dan dewa-dewi dari berbagai kepercayaan dunia sebagai karakter yang bisa dipertarungkan. Konsep ini langsung menuai kontroversi karena dianggap menghina simbol keagamaan.
Akibatnya, game ini dilarang di beberapa negara Asia, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Di negara-negara tersebut, regulasi sensor dan perlindungan nilai-nilai agama sangat ketat, sehingga konten yang menyentuh figur sakral dianggap tidak pantas untuk diedarkan.
Kasus Fight of Gods menegaskan bahwa sensitivitas budaya dan agama menjadi faktor penting dalam menentukan legalitas sebuah game. Bahkan jika gameplay-nya sederhana, tema dan karakter yang kontroversial bisa membuatnya dilarang.
3. Manhunt – Kekerasan Ekstrem dan Sadisme
Manhunt adalah game action stealth yang dikembangkan oleh Rockstar Games, terkenal karena tingkat kekerasannya yang ekstrem dan sadis.
Pemain diberikan misi untuk membunuh musuh dengan cara sadis, dan permainan ini menampilkan visual pembunuhan yang realistis.
Beberapa negara melarang Manhunt sepenuhnya. Contohna, Selandia Baru melarang game ini sejak 2003, sementara Australia melarangnya sejak 2004 setelah pengklasifikasian ulang menjadi game ilegal. Di Indonesia, meskipun tidak selalu tersedia di platform resmi, game ini dianggap melanggar norma moral karena efek kekerasan yang berlebihan.
Manhunt menjadi simbol bagaimana konten kekerasan grafis dapat membuat sebuah game dilarang secara global, meski pengembangnya adalah perusahaan besar yang populer.
4. Mortal Kombat (Beberapa Versi) – Kekerasan dan Fatality
Seri Mortal Kombat dikenal di seluruh dunia karena fatality yang menampilkan darah, mutilasi, dan kekerasan ekstrem. Beberapa versi Mortal Kombat, termasuk Mortal Kombat 11, mendapat pelarangan atau pembatasan distribusi di berbagai negara.
Di Indonesia, beberapa versi Mortal Kombat dibatasi atau dikategorikan untuk usia 18+, sementara negara lain seperti Jepang, China, dan Ukraina juga memberlakukan batasan serupa. Pelarangan ini menekankan bahwa meski game populer, konten kekerasan ekstrem tetap bisa menghadapi sensor atau larangan.
Mortal Kombat menjadi contoh bagaimana industri game harus menyeimbangkan kreativitas dengan regulasi, terutama terkait kekerasan yang dinilai berbahaya bagi anak-anak dan remaja.
5. Bully – Kontroversi Moral dan Bullying
Bully, juga dari Rockstar Games, mengangkat kehidupan sekolah dan menampilkan interaksi sosial remaja dengan tema bullying, kenakalan, dan perilaku moral yang dipertanyakan. Game ini sempat dilarang di beberapa negara, termasuk Brasil dan Indonesia, karena dianggap berpotensi merusak moral remaja.
Kontroversi muncul karena gameplay mendorong pemain untuk melakukan tindakan negatif terhadap karakter lain, seperti perkelahian atau perilaku nakal di sekolah. Walaupun beberapa pelarangan kemudian dicabut atau diubah menjadi rating khusus, Bully menjadi contoh bahwa konten moral juga bisa menjadi faktor utama pelarangan game.
6. Postal Series – Kekerasan Ekstrem dan Humor Gelap
Postal adalah seri game yang sangat kontroversial karena menampilkan kekerasan sadis, pembunuhan massal, dan humor gelap. Game ini menimbulkan pro dan kontra sejak peluncurannya, terutama di negara-negara Eropa dan Australia.
Di Australia, Jerman, dan Selandia Baru, Postal dilarang sepenuhnya karena dianggap tidak pantas dan berbahaya bagi publik. Di Indonesia, game ini juga tidak tersedia di platform resmi, karena melanggar norma moral dan hukum sensor.
Postal menunjukkan bahwa konten satir gelap dan kekerasan sadis bisa membuat game di-blacklist di berbagai negara.
7. Far Cry 3 – Kekerasan dan Kontroversi Seksual
Far Cry 3 menampilkan gameplay open world dengan tema kekerasan, perbudakan, penyiksaan, dan seksual eksplisit. Beberapa negara menunda rilis atau membatasi distribusi game ini karena konten sadis dan seksualnya.
Di Indonesia, Far Cry 3 menuai kontroversi terkait unsur kekerasan dan pengaruh psikologis terhadap pemain muda. Walaupun tersedia dengan rating khusus, banyak orang tua dan komunitas menekankan pentingnya pengawasan ketika anak-anak memainkan game ini.
Far Cry 3 menjadi contoh bagaimana game dengan tema dewasa harus melalui regulasi dan rating usia agar bisa diedarkan secara resmi.
Alasan Pelarangan Game
Secara umum, game dilarang atau dibatasi karena alasan berikut:
- Kekerasan ekstrem – Membahayakan psikologi pemain, terutama anak-anak.
- Pornografi dan pelecehan seksual – Termasuk kekerasan seksual dan konten anak-anak.
- Pelecehan atau penghinaan terhadap agama dan budaya – Seperti Fight of Gods.
- Pengaruh moral negatif – Misalnya Bully atau Postal yang mendorong perilaku negatif.
- Kontroversi sosial dan hukum – Beberapa negara memiliki regulasi berbeda terkait kebebasan kreatif dan nilai sosial.
Kesimpulan
Dari RapeLay, Fight of Gods, hingga Far Cry 3, ketujuh game ini menunjukkan bahwa regulasi, norma sosial, dan sensitivitas budaya memainkan peran penting dalam menentukan legalitas game.
Bagi pemain: penting memahami regulasi lokal sebelum memainkan game kontroversial.
Bagi developer/publisher: memahami norma budaya dan hukum internasional adalah kunci agar game mereka bisa diterima secara global.
Industri game terus berkembang, tetapi kebebasan kreatif selalu dibatasi oleh hukum, moral, dan dampak sosial. Pelarangan game menjadi pengingat bahwa kreativitas harus diseimbangkan dengan tanggung jawab terhadap masyarakat.
